Garudayaksa FC Kalah Kontroversi VAR di Markas Persekat Tegal

Garudayaksa FC kembali menjadi sorotan dalam kontroversi keputusan VAR yang memicu perdebatan di kalangan penggemar sepak bola Indonesia. Kami menyaksikan bagaimana sistem Video Assistant Referee (VAR) telah menjadi topik panas dalam beberapa pertandingan terakhir Liga 2. Keputusan wasit yang kontroversial tanpa pemeriksaan VAR ternyata bukan kali pertama terjadi di kompetisi ini.

Sebelumnya, Persekat Tegal juga menjadi korban keputusan kontroversial saat berhadapan dengan Persiraja Banda Aceh yang berakhir dengan kekalahan tipis 0-1 melalui gol penalti. Bahkan pelatih Persekat Tegal, I Putu Gede, secara terbuka mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan wasit yang memberikan penalti tanpa pemeriksaan VAR lebih lanjut. 

Sementara itu, pada pertandingan sebelumnya, Garudayaksa FC sendiri berhasil mengalahkan Persekat Tegal dengan skor telak 4-0 di Stadion Pakansari. Namun kini, pertandingan garudayaksa fc vs persekat kembali menghadirkan drama yang berbeda dengan kontroversi VAR menjadi sorotan utama.

Persekat Tegal cetak gol awal dan unggul cepat

Pada awal pertandingan, Persekat Tegal langsung menunjukkan dominasi meskipun berada di posisi ke-9 klasemen, jauh di bawah Garudayaksa FC yang memimpin klasemen di posisi pertama. Setelah Andik Vermansah dari Garudayaksa FC melepaskan tendangan kejutan di detik-detik awal yang melambung tipis di atas mistar, Persekat Tegal segera merespons dengan serangan balik cepat.

Memasuki menit ketiga, Persekat Tegal mendapatkan tendangan bebas yang sayangnya belum membuahkan hasil. Namun, tekanan terus diberikan hingga berhasil mendapatkan sepak pojok pada menit kelima. Genta Alparedo yang mengeksekusi sepak pojok nyaris membawa Persekat unggul ketika pemain belakang Garudayaksa FC melakukan kesalahan dengan menyapu bola ke arah gawang sendiri. Beruntung bagi tim tamu, kiper mereka berhasil menepis bola dengan akurat.

Selama 10 menit pertama, Persekat Tegal jelas lebih mendominasi permainan dan terus menekan pertahanan Garudayaksa FC. Tekanan berlanjut saat mereka kembali mendapat tendangan bebas dari sisi kiri gawang pada menit ke-13, meski tendangan tersebut terlalu jauh dari target.

Sementara itu, Garudayaksa FC mencoba membalas pada menit ke-16 namun masih bisa dipatahkan oleh pertahanan Persekat. Tim tuan rumah kemudian melakukan serangan balik cepat yang berujung pada tendangan keras Eduard Rocky Mandosir, sayangnya masih melebar di sisi gawang pada menit ke-17.

Garudayaksa FC gagal manfaatkan peluang emas

Setelah tertinggal, pemain Garudayaksa FC terus berusaha membangun serangan untuk menyamakan kedudukan. Tekanan demi tekanan dilancarkan, tetapi barisan pertahanan Persekat Tegal tampil sangat disiplin. Peluang terbuka pun gagal dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain Garudayaksa FC.

Memasuki menit ke-65, Garudayaksa FC nyaris kebobolan untuk kedua kalinya. Berawal dari sepak pojok, Riki Dwi Saputro berhasil lolos dari jebakan offside dan hampir menaklukkan kiper Garudayaksa FC. Beruntung, wasit akhirnya melakukan pengecekan VAR dan tidak mengesahkan gol tersebut karena dianggap offside.

Meskipun mendapatkan momentum setelah gol Persekat dibatalkan, Garudayaksa FC tetap kesulitan menembus pertahanan Persekat yang bermain dengan formasi rapat. Andik Vermansah yang diharapkan bisa menjadi pembeda justru tidak mampu menunjukkan performa terbaiknya.

Beberapa menit kemudian, Garudayaksa FC kembali mendapatkan peluang emas melalui serangan balik cepat. Namun, penyelesaian akhir yang buruk membuat peluang tersebut terbuang sia-sia. Kecemasan mulai tampak di wajah pelatih Garudayaksa FC yang terus memberikan instruksi dari pinggir lapangan.

Frustrasi semakin terlihat jelas saat para pemain Garudayaksa FC mulai melakukan protes terhadap keputusan wasit yang dianggap merugikan tim.

VAR picu kontroversi dan protes keras di lapangan

Kontroversi VAR mencapai puncaknya ketika wasit membuat keputusan yang memicu kemarahan di kubu Garudayaksa FC. Para pemain Garudayaksa FC dengan cepat mengerumuni wasit, memprotes keras keputusan yang dianggap merugikan tim. Kapten tim bahkan terlihat melakukan pembicaraan panjang dengan wasit, namun tidak mengubah keputusan yang telah diambil.

Kekecewaan terhadap penggunaan VAR bukanlah hal baru dalam sepak bola Indonesia. Sebelumnya, pelatih Persekat Tegal, I Putu Gede Dwi Santoso, juga pernah mengkritisi keputusan wasit yang memberikan penalti kepada Persiraja Banda Aceh tanpa pemeriksaan VAR lebih lanjut. “Terjadinya penalti itu mestinya ada proses cek VAR. Karena di momen sebelumnya sempat dilakukan pengecekan lama, tapi yang terakhir ini tidak,” ujarnya dengan nada kecewa.

Protes semakin memanas saat pemain Garudayaksa FC menunjuk-nunjuk ke arah monitor VAR di pinggir lapangan. Beberapa pemain bahkan terlihat begitu frustrasi hingga harus ditahan oleh rekan setimnya. Situasi ini mengingatkan pada kontroversi serupa yang terjadi pada tim nasional Indonesia saat Shin Tae-yong mengungkapkan kemarahannya terhadap keputusan wasit Nasrullo Kabirov dan VAR Sivakorn Pu-Udom yang dianggap merugikan Indonesia.

Meski begitu, semua pihak akhirnya harus menerima keputusan wasit, meskipun dengan rasa kecewa yang mendalam. Tensi tinggi di lapangan menunjukkan betapa pentingnya pertandingan ini bagi kedua tim dalam persaingan klasemen Liga 2.

Kesimpulan

Kontroversi VAR dalam pertandingan Persekat Tegal melawan Garudayaksa FC ini tentunya menambah daftar panjang perdebatan penggunaan teknologi dalam sepak bola Indonesia. Meskipun teknologi ini dihadirkan untuk memberikan keadilan, kenyataannya justru sering memicu ketegangan di lapangan. Kekalahan Garudayaksa FC kali ini undoubtedly memiliki dampak signifikan pada perjalanan mereka di Liga 2, mengingat posisi mereka sebagai pemuncak klasemen saat ini.

Sebelumnya, kami telah menyaksikan bagaimana Persekat Tegal mampu mengambil keunggulan cepat dan mempertahankannya dengan baik. Sementara itu, Garudayaksa FC yang biasanya tampil dominan, kali ini kesulitan memanfaatkan peluang-peluang emas yang mereka miliki. Keputusan kontroversial wasit terkait penggunaan VAR kemudian menjadi puncak drama pertandingan ini.

Pada akhirnya, kontroversi semacam ini bukan hal baru dalam sepak bola Indonesia. Nevertheless, hal tersebut tetap perlu menjadi evaluasi bagi PSSI dan komite wasit untuk meningkatkan standar penggunaan VAR. Para pemain dan pelatih berhak mendapatkan kejelasan atas setiap keputusan yang diambil, terlebih ketika keputusan tersebut berdampak langsung pada hasil pertandingan.

Kejadian di pertandingan ini juga mengingatkan kita pada pentingnya konsistensi dalam penerapan teknologi VAR. Therefore, semua pihak, baik tim, wasit, maupun penyelenggara kompetisi perlu duduk bersama untuk menyamakan persepsi agar kontroversi serupa tidak terus berulang di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *